Rabu, 29 Agustus 2012

Merambah Ujung Winongo Kecil


Nama kali Winongo sudah tidak asing lagi bagi warga Jogja. Sungai ini membelah kota Jogja bagian barat,  melintasi daerah Bener, Tegalrejo, Pakuncen, Wirobrajan, Patangpuluhan, lalu berbelok di sebelah selatan Pasar Niten menuju Bantul, lalu terbagi dua yang masing masing bermuara di laut selatan. Satu di Pantai  Parangtritis, dan yang lain bermuara di Pantai Samas.  Meskipun tidak berhulu di Merapi, sungai Winongo kerap meluap dan menimbulkan banjir saat musim penghujan, terutama di daerah sepanjang aliran sebelum sungai ini terpecah menjadi dua.


Winongo Kecil yang resik dan asri
Pecahan sungai Winongo yang mengalir di sepanjang jalan Samas (mulai dari daerah Palbapang sampai pantai Samas) sering disebut Winongo Kecil oleh masyarakat sekitar. Sungai ini mengalir lembut tepat di sebelah jalan raya yang menghubungkan kota Bantul dengan pantai Samas.

Beberapa kilometer sebelum mencapai muara, sungai ini penampangnya semakin melebar dan berarus tenang sebelum akhirnya menyempit dan berbelok tajam kearah barat saat memasuki daerah Pantai Selatan. Setelah badan sungai berbelok, jenis arusnya berubah menurut pasang surut laut selatan. Kadang berarus balik yang kuat pada saat pasang naik, kadang arus diam yang tenang pada saat puncak laut pasang, dan kadang arus nya berubah agak liar pada saat permulaan surutnya air laut.

Di penggal sungai  dengan arus yang agak ‘aneh’ inilah Kayaking Jogja beberapa saat yang lalu berkesempatan  untuk berkayak menuruni aliran menuju muara sungai di sekitar pantai Samas.




Cuaca cerah siang itu…, terlalu cerah untuk dilewatkan begitu saja di rumah. Kamipun lalu  meluncur ke selatan  meninggalkan Jogja, membelah kota Bantul, menuju pantai selatan. Diatap mobil kami kemas sedemikian rupa delapan kayak lipat beserta perlengkapannya, siap untuk melakukan pengarungan.  Beberapa kilometer sebelum tiba dipantai, mata kami terus menatap dengan cermat aliran sungai winongo kecil yang mengalir tepat di sepanjang tepi jalan. Permukaan airnya hampir sejajar dengan jalan raya, pertanda air laut sedang pasang. Gurat-gurat di permukaan air sungai berkejaran ke arah hulu, mengikuti arah angin yang siang itu terasa amat kuat menerpa.

Meninggalkan starting point


Memasuki daerah pantai Samas kami disambut oleh angin dingin yang datang dari selatan, dan wajah arus balik yang tergambar jelas di permukaan sungai. Siang itu kami berencana  memulai pengarungan mulai dari jembatan terakhir sebelum memasuki daerah pantai dan berakhir di sisi barat danau air payau yang menjadi muara sungai Winongo Kecil tak jauh dari garis pantai.




Ari Sikil (safety officer) memimpin
Di pantai samas, setelah melakukan pengamatan dan persiapan yang diperlukan, kami segera bergerak menuju starting point, menurunkan kayak, membagi logistik, memeriksa semua alat keselamatan, lalu satu persatu mulai mendayung menuju muara. Ada empat Junior Kayaker yang terlibat dalam pengarungan kali ini (salah satunya harus di tandem karena masih berusia 3th) sehingga kami harus extra hati-hati memilih lajur arus yang aman untuk dilalui.






konvoi
Meninggalkan starting point dibawah jembatan, kami langsung di sergap arus balik yang kuat, yang berpadu dengan angin kencang dari arah depan. Pengarungan berjalan lamban pada awalnya karena arus balik tidak bisa dilawan dengan mudah. Beberapa kali angin menghempas kayak kami ke tepian sungai yang dipenuhi rerumputan. Tetapi beberapa saat setelah terbiasa dengan arusnya (juga terpaan angin), kami bisa dengan leluasa mendayung, mengarahkan kayak kami masing-masing ke arah yang seharusnya.



Dataran di sepanjang pinggiran sungai terasa luas dan datar tanpa pepohonan tinggi. Vegetasi khas pesisir membatasi air sungai dengan dataran luas di sekitar sungai. Pandan laut yang berduri, kelapa, rumput ilalang berdaun tajam, dan sesekali pohon cemara udang mewarnai awal pengarungan kami. Di tikungan sungai pertama setelah start, air sungai meluap membentuk rawa-rawa temporer yang terbentuk karena air pasang. Beberapa pohon bakau tampak menyembul diantara rumput dan ilalang yang terendam air, meliuk rendah karena terpaan angin selatan.



Memasuki tikungan kedua angin sedikit melemah meskipun arus balik terasa semakin kuat menghambat laju kayak kami. Badan sungai berbelok ke arah matahari terbit dan di tepian sebelah kanan tebing sungai berbatu menjulang lumayan tinggi, rimbun oleh pandan laut yang membentengi kami dari terpaan angin. Belasan ekor kepiting coklat bergegas menyembunyikan diri di balik akar pandan begitu melihat dayung kami berkecipak tak jauh dari tempat mereka berkumpul. Di situ kami disapa oleh penduduk setempat yang sedang menebar jaring untuk menangkap kepiting coklat. Di daerah itu memang terdapat banyak sekali kepiting coklat yang lezat dan bernilai jual tinggi. Vegetasi yang lebat dan sungai yang tampak sehat dan minim polusi mungkin menjadi salah satu alasannya.



Setelah berkelok-kelok menghindari jaring nelayan penangkap kepiting, kami terus melaju memasuki tikungan berikutnya. Kali ini sungai mengarah lurus ke selatan. Tepiannya melebar dan tumbuhan bakau tampak menonjol diantara tumbuhan lain yang memenuhi tepian sungai. Di situ arus balik membentuk alur ombak berlawanan dengan arah kayak kami. Melawan ombak yang konstan bukanlah hal yang sulit bagi kami dan kayak kami, namun tidak demikian halnya dengan para Junior Kayaker yang dengan cepat terlihat kewalahan menghadapinya. Sebelum mereka merasa frustrasi dan menyerah, kami tak henti menyemangati dan memuji semua tindakan yang mereka lakukan untuk terus maju menghadapi rintangan.



Akhirnya hamparan perairan yang luas terlihat dikejauhan. Kami semakin mendekati muara. Badan sungai melebar hingga terlihat seperti tak bertepi. Ratusan bibit mangrove yang baru ditanam tepat di kanan dan kiri mulut muara terlihat sehat dan bahagia, meski masih tampak ringkih menahan angin yang semakin deras. Dari mulut muara kami bisa melihat dengan jelas kapal-kapal nelayan yang tertambat jauh diseberang kami. Tak lama kemudian kami meninggalkan sungai dan mendayung kayak kami menyeberangi danau air payau yang saat itu permukaannya naik karena air pasang. Air pasang telah membuka jalan bagi kapal-kapal nelayan untuk memasuki danau dan berlindung dari ganasnya ombak laut selatan. Kami mendayung ke arah barat menuju pantai samas, melawan ombak air pasang dan angin selatan yang kuat. Beberapa kali kami dihempas angin, menggeser kayak kami ke kanan. Semuanya tampak bersemangat menuju tepi barat danau itu, tempat dimana kami akan mengakhiri pengarungan.


Setelah lebih dari satu jam berjuang menuju tepian danau, akhirnya satu persatu kami mendaratkan kayak kami di pasir yang lembut. Pengarungan hari itu diakhiri dengan pemandangan dahsyat matahari yang tenggelam dan obrolan yang menyenangkan dengan penduduk sekitar pantai.


Pengalaman yang menakjubkan….!




Jangan lupa…. Tetap cintai sungai yaaa…….!!!!


Salam lestari,
Kayaking Jogja












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dari anda merupakan Kemajuan bagi kami agar selalu lebih baik dari sekarang. Tetap Cintai Sungai!!!!